Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2012

Learning of East Timor Human Rights Violation Cases*

Introduction A crucial report about human right violation in East Timor, has been released from early March 2007 in Jakarta. This report was written based on more than 8,000 interviews with victims and witnesses who experienced violence conducted both by the Indonesian military and East Timor freedom fighters. The number of victims, written in this report, surprisingly comes to hundreds of thousands. Many were killed sadistically, faced coerced disappearances, become disabled, raped and killed after or left died of hunger. Therefore, Chega! became the title of this report. Chega is a Portuguese word means ‘enough’ or ‘stop’. “Hopefully the title became admonition for stop human violence,” Patrick Walsh, senior advisor for Commission for Reception Truth and Reconciliation  (CAVR), the institution who made this report, said to me after his speech at the released time. This Violence cycle started when Indonesian Government launch invasion to East Timor in December 7 1975. While,

Gembrot Informasi*

Oleh: Imam Shofwan Apa Yang Bisa Diharapkan Dari Perusahan Media Ini? Jelang akhir tahun lalu seorang kawan wartawan Tempo TV mengeluh pada saya. Dia dan seorang kolega kerjanya baru saja dimintai foto kopi KTP. Untuk apa? Untuk mendukung pencalonan Faisal Basri jadi Gubernur Jakarta. Ini bukan hal baru di Kelompok Tempo dengan figur utama Goenawan Mohamad dan Fikri Jufri yang behubungan dekat dengan mantan menteri keuangan Sri Mulyani dan mendorong Sri Mulyani untuk jadi kandidat RI 1. Apakah mereka akan memberitakan orang yang didukung dengan kritis? Kabar serupa juga melanda kantor kelompok MNC. Karyawan MNC dibagi surat pernyataan jadi anggota Partai Nasdem. Metro TV jauh sebelumnya digunakan Surya Paloh untuk kampanye politiknya. Media milik ketua umum Golkar Aburizal Bakrie, seperti: Suara Karya, Surabaya Post, TV One, ANTeve, VIVANews memobilisasi semua media yang berafiliasi padanya, untuk mendukung karir politiknya di Golkar dan membersihkan dirinya dari kasus Lapin