Skip to main content

Posts

Showing posts from May 14, 2008
Dulu Daerah Modal Kini Daerah Model Oleh: Imam Shofwan Tenggat waktu pendirian Pengadilan Ham dan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Aceh telah terlampaui. Bagaimana masa depan perdamaian di Aceh? more
Yang Sesat dan Yang Ngamuk* Oleh: A. Mustofa Bisri Renungan Gus Mus, di GusMus.net , soal Ahmadiah ini cocok untuk menjadi bahan bacaan bagi sebagian Muslim yang mudah marah, gampang memberi cap sesat, serta hobi merusak harta benda milik sesamanya. dikirim oleh Imam Shofwan | 8:50 PM 0 tanggapan Masykur Maskub: Penggerak "Silent Transformation" di NU* Oleh: Ulil Abshar-Abdalla Lek Masykur atau Lek Kur, panggilan akrab Masykur Maskub di keluarga saya, adalah orang baik. Terimakasih untuk Ulil Abshar-Abdalla yang mengabadikan Lek Kur, di situs islamlib , dalam tulisan sebagaimana Lek Kur abadi di hati saya. Saya selalu merindukan orang-orang seperti Lek Kur, baik untuk keluarga kecil saya di Pati ataupun keluarga besar saya di NU. Kenangan yang Tak Memudar* Oleh: Liza Desylanhi Dea, sebutan akrab Liza Desylanhi , menulis soal keluarga para korban kekejaman rezim , di situs Voice of Human Right , yang selalu rindu dengan anggota keluarganya yang hilang. Dulu Daerah Mo

Tuan

Oleh: Imam Shofwan Kami kurus bukan karena kurang makan Tapi tak ada yang kami makan Kami bodoh memang tak mampu bayar sekolahan Kami sakit-sakitan memang rumah sakit mataduitan Kami tak ada pekerjaan Mungkin dalam hidup tuan tak pernah merasakan Pagi Warung menolak hutang makanan Di rumah ibu terbaring tanpa pengobatan Adik-adik merengek ingin disekolahkan Tuan... Esok hari Daun kamipun tak lagi berisi nasi Ibu kami segera mati Adik-adik sama bodohnya dengan kami Kalau sudah begini Kami pakai baju merah, baju yang selama ini ditakuti ibu kami Tak ada lagi yang mencegah kami Yang selama ini hanya bisa dibayangkan akan terjadi Kami tak ingin bodoh begini Kami ingin gemuk kembali Kebayoran Lama, 3 Juni 2008 Terinspirasi dari ” Lidah Tuan ”-nya Klara Akustia.

Profesor Doktor Insinyur

Ustad Jumari bergurau dengan Mail dan Soleh, begini ceritanya: Seorang profesor, doktor, insinyur mengadakan penelitian dan tersesat di pedalaman hutan di Amazon. Gara-garanya dia lari karena ketakutan di kejar srigala. Dia berada di tengah hutan dan di apit dua sungai. Saat lari, dari arah depannya ada seeokor singa kelaparan. Dia lalu tengak-tengok ke kiri kanan. Yang tampak olehnya hanya rawa-rawa yang penuh dengan buaya. Profesor tersebut terkepung dan bingung. Pertanyaannya: bagaimana dia bisa meloloskan diri dengan selamat? Mail: ya terjun ke rawa dan berenang? Ustadz Jumari: Salah? bisa dihabisi buaya dia. Apa jawabnya, Leh? Soleh: Nggak tahu. Ustadz: Dasar kamu memang selalu nggak tahu. Mail: trus, jawabnya apa? Ustadz: mana aku tahu. Orang yang profesor doktor aja bingung. Gemana aku yang smp aja nggak lulus.

Serius Banget, Cuma Bercanda Kok

Waktu muda Jumari gemar naik gunung. Dia punya segudang pengalaman soal ini, salah satu yang terburuk adalah; Suatu ketika dia tersesat dari kawan-kawannya sesama pendaki, sewaktu mendaki gunung Lawu. Sudah seminggu terpisah dari kelompoknya. Dia tersesat dan kehabisan logistik. Dalam hati dia nggedumel "daripada tersesat dan kelaparan begini mending mati dikeroyok monyet," begitu kira-kira dumelannya. Selang beberapa detik puluhan rombongan monyet melintas. Kontan dia ketakutan dan berlari. Rombongan monyet memburunya. Saat terengah-engah dia sempat ngomel lagi: "Uwallah, serius banget, cuma bercanda kok."