Skip to main content

Empat Lawan Satu: Hanya Promosi Bakrie

Tayangan perdana ANTV bertajuk Empat Lawan Satu mendapat tanggapan sinis dari korban Lapindo. Maklum acara yang menampilkan Abu Rizal Bakrie, menkokesra-cum-bos group Bakrie, membicarakan banyak hal soal nasib korban Lapindo.

Imam (30 tahun),korban asal Jatirejo, bahkan hafal apa saja yang dibicarakan Bakrie dalam acara tersebut. Setidaknya ada enam perkataan Bakrie yang dia garisbawahi; (bencana Lapindo) karena fenomena Alam, para korban yang tidak punya surat dikasih rumah, waktu Bakrie datang ke Sidoarjo dicium tangannya, putusan pengadilan menetapkan Lapindo tidak bersalah, ada provokasi pada korban, dan yang dilakukan keluarga Bakrie sesuai dengan Keputusan Presiden.

Satu-persatu pernyataan Bakrie ini ditanggapi oleh Imam. Menurutnya, tidak benar kalau bencana ini adalah fenomena alam, ini karena kesalahan tehnis pengeboran. Lebih lanjut menurut Imam, dari awal Lapindo ingin membeli tanah para korban.

"Pernah ditawar tapi tidak dikasihkan, izinnya buat peternakan," tutur Imam. Lebih jauh, Imam merujuk pada hasil voting ahli-ahli geologi dunia di Cape Town yang memutuskan lumpur Lapindo disebabkan oleh kesalahan tehnis. Alasannya, gempa jogja terlalu jauh untuk menjadi pemicu semburan lumpur.

Soal para korban tak bersurat yang dikasih rumah ditanggapi keras oleh Imam. Menurutnya, Lapindo pernah bilang hanya mau membayar korban yang memiliki surat dan itu juga yang dilaksanakan Lapindo hingga sekarang.

Kedatangan Bakrie di Sidoarjo yang disambut dengan cium tangan, menurut Imam, tidak benar. Dia tidak pernah melihat Bakrie datang ke Sidoarjo. Bahkan kalau misalnya Bakrie datang ke Sidoarjo akan digasak rame-rame karena sudah menyengsarakan banyak orang.

Imam juga tidak sepakat dengan putusan pengadilan yang memutus Lapindo tidak bersalah. Menurutnya pengadilan bukan ahli pengeboran dan tidak mempertimbangkan sisi kemanusiaan dari para korban.

Ada provokasi terhadap korban lumpur juga ditolak oleh Imam. Menurutnya, korban yang menuntut haknya itu memang benar korban yang belum dilunasi haknya.

Tentang langkah Lapindo yang sesuai dengan Kepres itu juga tidak benar karena berkali-kali Lapindo mangkir dan tidak sesuai dengan keputusan presiden.

Misalnya, soal kesepakatan membayar 20-80 % yang akan selesai sebulan sebelum masa kontrak selesai. Hingga kini, hampir tiga tahun, namun pola yang telah diatur dalam keputusan presiden tersebut tidak ditaati Lapindo. Tanggal 3 Desember, Nirwan Bakrie, bos Lapindo, di depan presiden bikin pola baru untuk melunasi 80 % dengan mencicil 30 juta per bulan. Pola baru ini pun tak mulus dalam pelaksanaannya.

Lilik Kamina, korban di pasar baru, juga menanggapi sinis acara Empat Lawan Satu. Dia bilang kalau acara itu hanya mempromosikan Lapindo dan Bakrie. "Lihat saja: tak ada korban yang diberi kesempatan bicara." [mam]

Comments

Popular posts from this blog

Gembrot Informasi*

Oleh: Imam Shofwan Apa Yang Bisa Diharapkan Dari Perusahan Media Ini? Jelang akhir tahun lalu seorang kawan wartawan Tempo TV mengeluh pada saya. Dia dan seorang kolega kerjanya baru saja dimintai foto kopi KTP. Untuk apa? Untuk mendukung pencalonan Faisal Basri jadi Gubernur Jakarta. Ini bukan hal baru di Kelompok Tempo dengan figur utama Goenawan Mohamad dan Fikri Jufri yang behubungan dekat dengan mantan menteri keuangan Sri Mulyani dan mendorong Sri Mulyani untuk jadi kandidat RI 1. Apakah mereka akan memberitakan orang yang didukung dengan kritis? Kabar serupa juga melanda kantor kelompok MNC. Karyawan MNC dibagi surat pernyataan jadi anggota Partai Nasdem. Metro TV jauh sebelumnya digunakan Surya Paloh untuk kampanye politiknya. Media milik ketua umum Golkar Aburizal Bakrie, seperti: Suara Karya, Surabaya Post, TV One, ANTeve, VIVANews memobilisasi semua media yang berafiliasi padanya, untuk mendukung karir politiknya di Golkar dan membersihkan dirinya dari kasus Lapin...

Brigade Dokter Kuba

Oleh Imam Shofwan Dari Kuba mereka memberi cinta dan cara bertahan hidup dalam suasana darurat LOUIS Chaviano baru tiga hari berada di rumahnya, di Ave 38 Y Final, Sanatorio Pabellion, Cienfuegos, Kuba. Chaviano sedang melepas kangen pada istri dan anaknya, Liliana Chaviano setelah selama enam bulan berada di Khasmir, Pakistan, bersama rekan-rekannya. Di sana, mereka membantu korban gempa. Sore itu, di paro akhir Mei 2006, ia hanya duduk-duduk saja menonton acara televisi. Tapi sebuah siaran berita menggugah nuraninya. Lagi-lagi soal gempa, dan kali ini diberitakan melanda Yogyakarta. Indera Chaviano menangkap bagian-bagian mengerikan: ribuan orang meninggal dunia dan puluhan ribu orang lainnya luka-luka. Chaviano merasa dirinya harus segera terbang ke Yogyakarta. Namun dia tidak sampai hati untuk menyampaikan perasaannya itu kepada anggota keluarganya. Dia khawatir merusak suasana kebersamaan mereka. Sampai malam, Chaviano berusaha untuk menutupi kegelisahannya. Seseorang dari Departe...

Ada al-Hallaj di Balik Dhani Ahmad

Oleh Mujtaba Hamdi dan Imam Shofwan Berbagai tudingan penghinaan agama menggempur Dhani Ahmad dan Dewa. Dhani tak memungkiri, inspirasi lirik-liriknya bermula dari wacana agama. Dhani bahkan menyukai tokoh-tokoh sufi kontroversial. HARI masih pagi. Cuaca belum begitu panas. Tapi kabar panas sudah muncul di acara infotainment televisi swasta itu. Kamera menyorot tajam segurat wajah yang berucap dengan tegas, “Beberapa lirik dan gambar yang dipakai Dewa dalam kasetnya diambil dari syair aliran sesat di Timur Tengah.” Di layar, tampak subtitle Pertahanan Ideologi Syariat Islam (Perisai). Sepertinya tidak main-main. Ridwan Saidi, sosok yang mewakili kelompok bernama Perisai tersebut, hari itu tengah melaporkan grup band Dewa ke Kejaksaan Agung. Ridwan seorang budayawan dan tokoh Betawi. Ridwan juga suka politik. Di masa Orde Baru, Ridwan sempat menclok di Partai Persatuan Pembangunan (PPP), lalu pindah ke Golongan Karya (Golkar), kemudian mendirikan Masyumi Baru. Di Era Reformasi, sa...