Biasanya Umi Sa’diyah (17 tahun) berangkat sekolah dengan Ayu Anita. Keduanya bersahabat, rumah mereka di dusun Renokenongo, Porong, bersebelahan. Sekolah mereka juga sama. Tak jauh dari desa mereka. Biasanya, keduanya berangkat boncengan naik sepeda jenki punya Umi. Perkawanan mereka retak sejak bencana lumpur Lapindo, dua tahun setengah tahun lalu. Desa mereka terendam lumpur dan mereka ikut orang tua mereka mengungsi di Pasar Baru, Porong. Jaraknya dari sekolah sekira 2 kilo. “Saat di desa, kita hanya butuh sepuluh menit ke sekolah,” tutur Umi. Umi kelas III Madrasah Aliyah (MA) Khalid bin Walid sedang Ayu yang lebih muda masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah (MTs). Berangkat sekolah dari pengungsian menjadi masalah yang berat bagi kedua siswa ini. “Ya, jaraknya jauh, naik sepeda pancal,” tutur Umi. Jarak ini pula yang memicu rusaknya perkawanan Umi dan Ayu. Awalnya, sepeda ontel Umi rusak kemudian dia berangkat sendiri nebeng kawannya. Ayu lantas tak masuk sekolah karen...