30 October 2012

Tiga Wartawan Sulut Dianiaya


Ada Pelaku Pamer Senjata Api


Manado, MS
Aksi penganiayaan tiga wartawan asal Sulut di kawasan parkir CornerCafe, Kamis (25/10) pekan lalu ditengarai melibatkan oknum petugaspolisi.

Dari penelusuran Media Sulut, satu diantara belasan pelaku
pengeroyokan dinihari itu sempat mengeluarkan senjata api. "Ada satupelaku yang cabut pistol," aku Bryan Sondakh, wartawan media online Sulut yang ikut jadi korban. "Pelaku memukul kepala saya dengan gagangpistol itu," timpal Bryan.

Akibat pukulan dengan gagang senjata api itu, Bryan terkapar denganluka sobek di bagian ubun-ubun kepala.Tak sampai disitu, Bryan lantas diinjak-injak beberapa pelaku lainnya
hingga pingsan bersimbah darah.

Dua rekan Bryan masing-masing wartawan media cetak lokal Sulut masing-masing Risky Pogaga dan Hendra Lumanauw bahkan lebih parah.

Risky, wartawan biro Minahasa Utara (Minut)harian Media Sulut kinidirawat intensif di Rumah Sakit Siloam, Manado. Pukulan bertubi-tubiyang diterima mengakibatkan luka dan memar di sekujur tubuhnya. Riskymengalami patah tulang hidung, dan pendarahan otak akibat penganiayaantersebut. "Kiky (sapaan Risky, red) sempat pingsan hampir 10 jam," aku Stevy Sengke, istri tercinta yang setia menunggui Risky yang hingga kini masih terus dirawat intensif.

Sementara Hendra Lumanauw, wartawan biro Minut harian Koran Manadosempat dirawat di RSUP Prof Kandou Malalayang. Sama halnya denganRisky, Hendra juga mengalami luka dan memar di sekujur tubuh, serta luka sobek di bagian kepala.

Akar persoalan yang berujung aksi pengeroyokan tersebut diawali aksi salah satu pelaku yang mendatangi ketiga korban yang tengah menghabiskan waktu bersama di Corner Club. "Hey, kamu yang bajingan?" kata oknum yang belum diketahui identitasnya itu sebagaimana dituturkan Risky. Ia juga menarik kerah baju Risky. Merasa tidak melakukan kesalahan, Risky lantas mendorong pria tersebut.

Perselisihan itu langsung diamankan petugas keamanan Corner Club. Namun ternyata, para pelaku tak berhenti sampai disitu. Saat hendak pulang, ketiga wartawan itu dibuntuti. Ketika tiba di parkiran, para pelaku tanpa tendeng aling-aling langsung menghujami ketiganya dengan pukulan dan tendangan bertubi-tubi.

Joppy Pogaga, ayah Risky telah melaporkan peristiwa penganiayaan tersebut ke Mapolresta Manado. "Kami keluarga meminta agar pihak kepolisian secepatnya menangkap para pelaku penganiayaan," tutur Joppy. Namun hingga kini, identitas para pelaku yang menurut penuturan sejumlah saksi mata sekitar 10 hingga 12 orang itu, belum satupun berhasil teridentifikasi.

Aksi kekerasan yang dialami dua pekerja pers Sulut itu memicu reaksi keras dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Manado. Ketua AJI Manado, Yoseph Ikanubun secara terpisah mengutuk aksi penganiayaan tersebut.

Ia meminta agar aparat hukum secepatnya mengungkap dan menangkap para pelaku penganiayaan. "Kami minta agar kasus ini diusut tuntas. Para pelaku harus ditindak tegas sesuai hukum," lugas Yoseph
.
Menurut redaktur harian Metro itu, AJI Manado juga siap mengadvokasi kedua wartawan korban penganiayaan tersebut untuk mendapatkan keadilan. "AJI Manado pasti akan mengawal proses penanganan kasus ini," tandasnya.

Kapolresta Manado melalui Wakapolresta AKBP Anis Viktor
Brugman SIK saat dikonfirmasi membenarkan adanya tindakan penganiayaan terhadap dua oknum wartawan tersebut. "Sudah ada laporannya. Yang pasti akan kita tindak-lanjuti," papar Anis.

Motif Diduga Terkait Pemberitaan

Penganiayaan yang dialami ketiga wartawan tersebut memicu reaksi kecaman dari kalangan pekerja pers Sulut. "Harus diselidiki, jangan sampai aksi kekerasan ini motifnya karena pemberitaan," tegas Yoppie Worek, wartawan senior Sulut.

Pemimpin Redaksi harian Media Sulut, Rio Rumagit sendiri meminta agar pihak kepolisian mengungkap kasus kekerasan tersebut secara transparan dan profesional. "Hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu. Jika memang ada aparat yang ikut terlibat, harus ditindak. Para pelaku harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya di depan hukum," paparnya.

"Kami percaya kasus ini akan diusut tuntas pihak kepolisian. Sebab setahu kami, Pak Kapolda (Sulut) sangat menghargai pers dan independensinya," timpal Rio.

Perihal dugaan keterkaitan aksi kekerasan tersebut dengan pemberitaan, Rio mengaku tak mau berandai-andai. "Biar proses hukum yang menjawab. Kita percayakan saja ke pihak kepolisian untuk mengungkap motifnya," pungkas Rio. (tim ms)

'Beta Mo Tidur Deng Bapa'

Ilustrasi oleh Gery Paulandhika   Bagaimana ekspresi politik secara damai didakwa hukuman penjara dan memisahkan anggota keluarga. A WAL JAN...